Dalam
kehidupan sehari-hari ini, sering kita temui beberapa produk yang merupakan
campuran dari beberapa zat, tetapi zat tersebut dapat bercampur secara merata/
homogen. Misalnya serbuk susu bercampur merata dengan air panas. Sistem tersebut
merupakan sistem koloid. Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase)
antara dua zat atau lebih di mana partikel-partikel zat yang berukuran koloid
tersebar/terdispersi secara merata di dalam zat lain. Zat yang tersebar atau
terdispersi sebagai partikel koloid disebut fase terdispersi. Sedangkan zat
yang merupakan fase kontinu dimana partikel koloid terdispersi disebut medium
pendispersi. Ukuran partikel koloid berkisar antara 10-7sampai dengan 10-4 cm.
Ukuran yang dimaksud dapat berupa diameter, panjang, lebar, maupun tebal dari
suatu partikel. Partikel dapat terdiri atas atom, molekul kecil atau
molekulyang sangat besar. Koloid emas terdiri atas partikel-partikel dengan
bebagai ukuran, yang masing-masing mengandung jutaan atom emas atau lebih.
Koloid belerang terdiri atas partikel-partikel yangmengandung sekitar seribu
molekul S8. Suatu contoh molekul yang sangat besar (disebut juga molekul makro)
ialah haemoglobin. Berat molekul dari molekul ini 66800 s.m.a dan mempunyai
diametersekitar 6 x 10-7.
B.
Jenis-jenis
Koloid
No.
|
Fase Terdispersi
|
Fase Pendispersi
|
Nama
|
Contoh
|
1.
|
Padat
|
Gas
|
Aerosol
|
Asap (smoke), debu di udara
|
2.
|
Padat
|
Cair
|
Sol
|
Sol
emas, sol belerang, tinta, cat
|
3.
|
Padat
|
Padat
|
Sol padat
|
Gelas berwarna, intan hitam
|
4.
|
Cair
|
Gas
|
Aerosol
|
Kabut
(fog) dan awan
|
5.
|
Cair
|
Cair
|
Emulsi
|
Susu, minyak ikan
|
6.
|
Cair
|
Padat
|
Emulsi
padat
|
Jeli,
mutiara
|
7.
|
Gas
|
Cair
|
Buih
|
Buih sabun
|
8.
|
Gas
|
Padat
|
Buih
padat
|
Karet
busa, batu apung, stirofoam
|
a. Sol
Merupakan
sistem koloid dengan fase terdispersi berupa zat padat dalam medium
pendispersi zat cair.Contohnya sol sabun, sol deterjen, sol kanji.
b. Aerosol
Merupakan
sistem koloid dengan fase terdispersi padat atau cair dalam medium
pendispersi gas.Contoh produk yang dibuat dalam bentuk aerosol,
hairspray, semprot obat nyamuk, farfum, cat semprot. Untuk menghasilkan
aerosol diperlukan suatu bahan pendorong(propelan aerosol). Bahan
pendorong yang banyak digunakan adalah CFC dan karbon dioksida.
c. Emulsi
Merupakan sistem koloid dengan fase terdispersi cair dalam medium
pendispersi cair. Syarat terjadinya emulsi adalah kedua jenis zat cair
tersebut tidak saling melarutkan.Emulsi digolongkan ke dalam dua bagian
yaitu :
- Emulsi minyak dalam air ( M/A )
Contoh : santan, susu, lateks
- Emulsi air dalam minyak ( A/M )
Contoh : mayonaise, minyak bumi, minyak ikan
Untuk
membuat emulsi diperlukan zat pengemulsi (emulgator). Contohnya, sabun
mengemulsikan minyak ke dalam air, kasein dalam susu, kuning telur
dalam mayonaise.
d. Buih
Merupakan
sistem koloid dengan fase terdispersi gas dalam medium pendispersi
cair. Seperti halnya emulsi untuk menstabilkan buih diperlukan zat
pembuih, misalnya sabun, deterjen, protein. Buih digunakan pada proses
pengolahan biji logam, pada alat pemadam kebakaran.Adakalanya buih tidak
dikehendaki, untuk memecah/mencegah buih dapat digunakan zat eter,
isoamil alkohol.
e. Gel
Merupakan
koloid yang setengah kaku ( antara padat dan cair).Contohnya agar-agar,
lem kanji, selai, gelatin, gel silika. Gel dapat terbentuk dari sol
yang zat terdispersinya mengadsorpsi medium pendispersinya.
C.
Sifat-sifat
Koloid
Beberapa
sifat-sifat koloid yang khas, yaitu:
1. Efek Tyndall
Efek Tyndall adalah
suatu efek penghamburan berkas sinar oleh partikel-partikel yang terdapat dalam
sistem koloid, sehingga jalannya berkas sinar terlihat. Efek tyndall ini dapat
digunakan untuk membedakan sistem koloid dari larutan.
Gerak Brown adalah
gerakan terpatah-terpatah (gerak zig-zag) yang terus-menerus dalam sistem
koloid. Adanya gerak brown membuat partikel-partikel koloid dapat mengatasi
pengaruh gravitasi sehingga partikel-partikel ini tidak memisahkan diri dari
medium pendispersinya,
3. Difusi
dan Filtrasi
Partikel koloid lebih
sulit berdifusi bila dibandingkan dengan larutan sejati. Hal ini disebabkan
ukuran partikel koloid lebih besar dibandingkan dengan partikel larutan sejati.
Selain itu ukuran partikel koloid juga menyebabkan partikel koloid tidak dapat
disaring dengan kertas biasa, tetapi harus dengan penyaring ultra.
Adsorpsi adalah proses
penyerapan zat atau partikel atau molekul pada permukaan diri zat tersebut
sehingga koloid akan memiliki muatan listrik. Antara partikel koloid dengan
ion-ion yang diadsorpsi akan membentuk beberapa lapisan, yaitu:
a) Lapisan
pertama ialah lapisan inti yang bersifat netral, terdiri atas partikel koloid
netral.
b) Lapisan
ion dalam ialah lapisan ion-ion yang diadsorpsi oleh koloid.
c) Lapisan
ion luar.
d) Kesetabilan
koloid.
Partikel-partikel
koloid bersifat stabil karena memiliki muatan listrik yang sejenis. Apabila
muatan listrik tersebut hilang, maka partikel-partikel koloid akan bergabung
membentuk gumpalan. Proses penggumpalan ini disebut flokulasi(flocculation) dan
gumpalannya disebut flok(flocculant). Gumpalan ini akan mengendap akibat
pengaruh gravitasi. Proses penggumpalan partikel-partikel koloid dan
pengendapannya ini disebut koagulasi. Penghilangan muatan listrik pada partikel
koloid ini dapat dilakukan dengan empat cara, yaitu:
a) Elektroforesis
Elektroforesis adalah
peristiwa pemisahan koloid yang bermuatan. Partikel-partikel koloid yang
bermuatan dengan bantuan arus listrik akan mengalir ke masing-masing elektroda
yang bermuatannya berlawanan. Partikel yang bermuatan positif bergerak menuju
elektroda negatif, begitupun sebaliknya. Menyebabkan partikel-partikel tersebut
akan kehilangan muatannya, sehingga menggumpal dan mengendap di elektrode.
b) Penambahan
koloid lain dengan muatan berlawanan
Apabila suatu sistem
koloid ditambahkan koloid lain dengan muatan berlawanan, maka kedua sistem
koloid tersebut akan saling mengadsorpsi dan menjadi netral. Akibatnya
terbentuk koagulasi.
c) Penambahan
elektrolit
Jika suatu elektrolit
ditambahkan ke dalam sistem koloid, maka partikel-partikel koloid yang
bermuatan negatif akan menarik ion positif (kation) dari elektrolit. Sementara
itu, partikel-partikel yang bermuatan positif akan menarik ion negatif(anion)
dari elektrolit. Hal ini menyebabkan partikel-partikel koloid tersebut
dikelilingi oleh lapisan kedua yang memiliki muatan berlawanan dengan muatan
lapisan pertama. Apabila jarak antara lapisan pertama dan kedua cukup dekat,
maka muatan keduanya akan hilang sehingga terjadi koagulasi.
d) Pendidihan
Kenaikan suhu sistem
koloid menyebabkan jumlah tumbukan antara partikel-partikel sol dengan
molekul-molekul air menjadi bertambah banyak. Yang akan menyebabkan lepasnya
elektrolit yang teradsorpsi pada
permukaan partikel koloid. Akibatnya partikel-partikel koloid menjadi tidak
bermuatan sehingga terjadi koagulasi.
6. Koloid
Pelindung
Koloid pelindung adalah
koloid yang dapat melindungi koloid dari proses koagulasi atau penggumpalan.
Ada beberapa koloid pelindung yang digunakan pada emulsi, misalnya casein dalam
susu. Jenis koloid ini disebut emuglatol.
7. Koloid
Liofil dan koloid Liofob
Umumnya terjadi pada
koloid yang fase terdispersinya padatan dan mediumnya cairan atau berupa sol,
sehingga lebih dikenal sebagai sol liofil atau sol liofob.
Sol liofil adalah sol
di mana fase terdispersinya senang akan medium pendispersinya (senang akan
cairan) atau di katakan juga afinitas atau daya tarik terhadap mediumnya sangat
kuat.
Sol liofob adalah
kebalikan dari sol liofil, di mana partikel fase terdispersinya kurang atau tidak
senang akan cairannya (mediumnya).
D.
Pembuatan
Koloid Sol
1. Metode
Kondensasi
Metode dimana
partikel-partikel kecil larutan bergabung membentuk partikel-partikel berukuran
koloid. Hal ini dilakukan dengan reaksi kimia(dekomposisi rangkap, hidrolisis,
dan redoks) atau penggantian pelarut.
a)
Dekomposisi rangkap
Sol AS2S3 dibuat
dengan mengalirkan gas H2S perlahan melalui larutan AS2O3
dingin sampai terbentuk sol AS2S3 yang berwarna kuning
terang
AS2O3(aq) +3H2S(g)
à
AS2S3(koloid) + 3H2O(l)
b)
Reaksi hidrolisis
Sol Al(OH)3 dapat diperoleh
dari reaksi hidrolisis garam Fe dalam air mendidih.
AlCl3(aq) + 3H2O(l)
à
Al(OH)3(koloid) +3HCl(aq)
c) Reaksi
Redoks
Sol belerang dapat dibuat dengan
mengalirkan gas H2S ke dalam larutan SO2
2H2S(g) + SO2(aq)à
3S(koloid) +2H2O
d) Penggantian
Pelarut
Belerang sukar larut dalam air tetapi
mudah larut dalam alkohol. Jadi, untuk membuat sol belerang dengan pendispersi
air, belerang dilarutkan dahulu dalam etanol sampai jenuh. Setelah itu, larutan
belerang dalam dalam etanol ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam air
sambil diaduk.Belerang akan menggumpal menjadi partikel-partikel koloid akibat
penurunan kelarutan belerang dalam air.
2. Metode
Dispersi
Metode dimana partikel-partikel besar
dipecah menjadi partikel-partikel berukuran koloid. Ada tiga metode yang
digunakan, yakni :
a) Cara
mekanik
Pengahalusan partikel-partikel kasar zat
padat dengan penggilingan untuk membentuk partikel-partikel berukuran koloid.
Alat yang digunakan disebut penggilingan koloid.
b) Cara
peptisasi
Cara peptisasi adalah proses dispersi
endapan menjadi sistem koloid dengan perubahan zat pemecah. Zat pemecah dapat
berupa elektrolit khususnya ion sejenis ataupun pelarut tertentu.
c) Cara
busur Bredig
Cara busur bredig digunakan untuk
menbuat sol logam seperti Ag, Au, Pt.
E.
Pemurnian
Koloid Sol
Di dalam pembuatan suatu sistem
koloid sering terdapat partikel-partikel zat terlarut yang tidak diinginkan.
Partikel-partikel ini dapat mengganggu kestabilan koloid sehingga harus
dihilangkan/dimurnikan. Ada beberapa cara yang dapat digunakan, yaitu:
1. Dialisis
Dialisis adalah proses penyaringan
koloid dengan menggunakan kertas perkamen atau membran yang diletakan di dalam
air yang mengalir.
2. Elektrodialisis
Proses dialisis di bawah pengaruh medan
listrik. Elektrodialisis hanya dapat digunakan untuk memisahkan
partikel-partikel zat terlarut elektrolit.
3. Penyaring
ultra
Penyaring ultra dapat dibuat dari kertas
yang telah diresapi selulosa seperti selofan (cellophane).
4. Penggunaan
Koloid
Dari contoh-contoh koloid yang telah
disebutkan, kita dapat melihat kecenderungan industri membuat produknya dalam
bentuk koloid. Misalnya, industri kosmetik, industri makanan, industri farmasi,
dan lain-lain. Koloid merupakan satu-satunya cara untuk menyajikan suatu
campuran dari zat-zat yang tidak saling melarutkan secara "homogen"
dan stabil (pada tingkat mikroskopis). Cat, sebagai contoh, mengandung pigmen
yang tidak larut dalam air atau medium cat, tetapi dengan sistem koloid dapat
dibuat suatu campuran yang "homogen" (merata) dan stabil. dalam
kehidupan sehari-hari banyak kegunaan koloid baik langsung maupun tidak
langsung. Beberapa kegunaan koloid adalah sebagai berikut:
1. Industri kosmetika
Bahan
kosmetika seperti foundation, finishing cream dan deodorant berbentuk koloid
dan umumnya sebagai emulsi.
2. Industri tekstil
Pada
proses pencelupan bahan (untuk pewarnaan) yang kurang baik daya serapnya
terhadap zat warna dapat menggunakan zat warna koloid karena memiliki daya
serap yang tinggi sehingga melekat pada tekstil.
3. Industri sabun dan deterjen
Sabun
dan deterjen merupakan emulgator untuk membentuk emulsi antara kotoran (minyak)
dengan air.
4. Kelestarian lingkungan
Untuk mengurangi polusi udara yang disebabkan
oleh pabrik-pabrik, digunakan suatu alat yang disebut cotrell. Alat ini
berfungsi untuk menyerap partikel-partikel koloid yang terdapat dalam gas
buangan yang keluar dari cerobong asap pabrik.